SOLOK - Cupak adalah sebuah nagari di Kecamatan Gunuang Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Nagari ini terletak di kaki Gunung Talang, berada pada ketinggian kurang dari 1000 meter dari permukaan laut dengan topografi daerah berbukit-bukit dan semakin mendatar ke arah barat daya yang berbatasan dengan Koto Baru dan Muaro Paneh ke arah utara. Nagari ini terletak diruas jalan raya yang menghubungkan kota Solok dengan Kota Padang. Walaupun nagari Cupak terletak didaerah berbukit-bukit atau dilereng gunung, tetapi nagari Cupak tidak mempunyai hutan, karena sebagian besar dari tanah nagari ini merupakan sawah dan bahagian lainnya berupa ladang dan perumahan. Daerah Cupak mempunyai luas lebih kurang 19.38 km persegi, dan 80% dipergunakan untuk lahan persawahan, sehingga nagari Cupak banyak menghasilkan beras.
Nagari Cupak terdiri dari 9 Jorong dan 32 dusun yaitu :
Baca juga:
Nagari TV, TVnya Nagari!
|
Jorong Balai Pandan
Dusun Tabek
Dusun Balai Padang Dama
Dusun Batu Aceh
Dusun Aur Kuning
Dusun Balai Gadang
Jorong Balai Tangah
Dusun Simpang Tigo
Dusun Paraku
Dusun Lintas
Jorong Aie Angek Sonsang
Dusun Sawah Piai
Dusun Kampung Baru
Jorong Panyalai
Dusun Lembang Jao
Dusun Sawah Aro
Dusun Garubuek
Dusun Sawah Rangkoto
Dusun Guguek Jaik
Jorong Pasar Baru
Dusun Balerong
Dusun Kalumpang
Dusun Sawah Gantiang
Dusun Sawah Baro
Dusun Karasak
Jorong Pasar Usang
Dusun Baru
Dusun Bawah Durian
Jorong Sungai Rotan
Dusun Gantiang
Dusun Titian Batu
Dusun Gaduang Dama
Jorong Sawah Taluek
Dusun Bungo Tanjung
Dusun Pulau
Dusun Kampung Baru
Jorong Tangah Padang
Dusun Gaduang Batu
Dusun Bawah Durian
Dusun Tabek
Sejarah Nagari Cupak
Sejarah Perjuangan Nagari Cupak 1945 - 1949
Sama dibanyak daerah Indonesia lainnya, terutama dihari-hari pertama revolusi, pemuda merupakan pendorong dan ujung tombak peijuangan. Rakyat seluruh Indonesia yang telah mengenal dan mengalami pahit getirnya penjajahan Belanda dan pemerintahan fasis Jepang yang penuh kekejaman, tidak dapat menerima kembalinya penjajahan Belanda. Makanya untuk menantang kekuasaan Belanda tersebut korban silih beijatuhan bagi pejuang-pejuang dan rakyat Indonesia gugur sebagai pahlawan
Peranan nagari Cupak pada waktu agresi I yang dilancarkan oleh Belanda di Republik Indonesia ini adalah sebagai berikut:
Dengan dipindahkannya Resimen III Devisi Banteng dari Lubuk Alung ke Solok maka markas besarnya di Solok yang dikenal dengan Mustika Kuranji (gedung bioskop di depan SMPN I Solok sekarang) merupakan pengaturan komando perang untuk menghadapi Belanda di Front Timur (Ladang Padi) dan diffont Utara (Lubuk Alung). Tidak sekedar pengaturan untuk kesatuan pasukan ke garis depan saja tapi sekaligus melatih kesatuan-kesatuan pemuda (BPNK) dengan rakyat yang ingin beijuang ke medan perang di kedua front tersebut. Let Kol Ahmad Husein sebagai komandan Resimen III yang mengatur stragtegi perang menghadapi Belanda difront Timur, markas Mustika Kuranji telah mempercayakan penempatan pasukan-pasukan untuk ke garis depan di Nagari Cupak yakni di Jorong Balai Tangah, Jorong Balai Rawang, dan Pasar Baru serta Jorong Aie Angek Bukik Kili Koto Baru serta Polisi Tentara di Gantung Ciri. Kepercayaan tersebut disambut hangat oleh rakyat di Nagari Cupak dan sekitarnya terbukti setiap akomodasi yang menyangkut keberadaan pasukan baik di Cupak maupun untuk pulang dan kembali dari Front Timur rakyat telah menyiapkan dapur umum maupun nasi bungkus sehingga komandan pasukan tidak perlu lagi mamikirkan hal-hal tersebut.
Disamping itu Nagari Cupak pada Agresi I tersebut telah menampung pengungsi - pengungsi dari Padang baik untuk rumah-rumah yang ditempati maupun dapur - dapur umum sehingga setiap pengungsi yang dari Padang tersebut hampir mengalir setiap hari tidak yang bermukim saja di Cupak tapi yang melalui (pada waktu itu pengungsi berjalan kaki menggendong anak-anak kecil serta menjunjung barang-barang) tetap mendapat makan di dapur umum Cupak, termasuk juga membantu perawatan kesehatan bagi pengungsi-pengungsi yang sakit (lelah) di pos komando kesehatan (di mushala sekarang) yang dilaksanakan oleh putri-putri perawat anak Nagari Cupak.
Melatih pemuda-pemuda Nagari Cupak baik dari Jorong-jorong maupun dari Hisbullahnya, Temi dan lain-lainnya dilaksanakan di tanah lapang Balai Buruak sekarang oleh anggotap-anggota kesatuan yang ditempatkan di Cupak. Bahkan bagi pemuda yang semangatnya tinggi dengan perbekalan-perbekalan latihan seadanya itu ikut dalam kesatuan pergi berperang ke garis depan di Front Timur (Ladang Padi) secara bergiliran.
Pada bulan Desember 1948 para pejuang di Cupak memperoleh persenjataan berupa geren sebanyak 57 buah beserta pelurunya yang diserahkan oleh Tentara Republik yang datang dari Padang. Senjata yang diperoleh ini merupakan pemberian dari pasukan India yang menjadi tentara sewaan Belanda ini terlaksana berkat kesepakatan antara Perdana Mentri India Nehru dengan wakil presiden RI M. Hatta di waktu kepergian M. Hatta ke India atas perintah presiden RI Ir, Sukamo yang sama sekali tidak diketahui oleh siapapun termasuk oleh pemerintah Hindia Belanda2)
Sehubungan dengan makin gencarnya Belanda melakukan serangan di Beberapa daerah di Minangkabau maka Residen Muhammada Rasid memerintahkan kepada semua pasukan pejuang yang ada di daerah-daerah yang didudukinya untuk bergerilya dengan melancarakan serangan secara sembunyi - sembunyi terhadap tentara Belanda. Para pejuang rakyat Cupak melakukan kegiatan pengintaian memwaspadai terhadap gerak gerik pasukan Belanda baik yang datang dari arah Solok maupun dari arah Lubuk Selasih. Begitu dimulainya agresi ke II Belanda dengan pasukan daratnya berusaha menerobos Front Timur melalui Nagari Cupak menuju Solok telah menembak seorang warga Nagari Cupak nama Bagindo Sati tepatnya di kandang kudanya dipinggir jalan Pasar Usang Cupak saat itu dia gugur. Disamping itu pasukan Belanda juga memberikan tembakan-tembakan kepada sebuah truk yang lari kencang menuju Solok yang dibantu dengan tembakan Mitraliur dari pesawat terbang Mustang sehingga truk tersebut terbakar disimpang Sawah Balik Koto Baru. Tetapi Alhamdulillah pejuang-pejuang kita selamat dari serangan udara tersebut. Beberapa menit kemudian pasukan darat Belanda telah sampai pula di lokasi tempat truk tersebut terbakar. Selanjutnya dengan telah didudukinya kota Solok para pemuda pejuang di Cupak selalu dengan hati-hati melakukan kegiatan memata-matai gerak - gerik Belanda setiap saat.
Pada tanggal 22 Desember 1948, para pejuang yang datang dari berbagai nagari di Solok, yang dikomandokan oleh Letkol Ahmad Husein, melakukan serangan terhadap tentara Belanda yang berada di markas mereka di rumah Bupati Solok di malam hari 3\ Kemudian pada hari berikutnya tanggal 24 Desember 1948, para pejuang kembali melakukan penyerangan pada malam hari, kali ini dilakukan dengan cara yang agak lain dari biasanya, salah satu caranya yaitu menggunakan lebah (tawon) 4). Seorang pejuang yang berasal dari Cupak berhasil menggumpulkan 2 karung lebah. Kemudian secara diam - diam lebah-lebah tersebut dibawa oleh para pejuang kemarkas tentara Belanda yang berada disekitar rumah bupati Solok dan yang berada di tangsi polisi. Setelah itu lebah atau tawon dimasukan ke kamar-kamar melalui jendela yang dihuni oleh tentara Belanda.
Menurut Rahman Ahmad, semua tentara Belanda yang lagi tidur dan santai berhamburan keluar rumah. Ada yang tidak pakai baju cuma mereka pakai celana dalam saja dan juga ada yang tidak membawa senjata mereka keluar karena terkejut5). Pada saat momen atau situasi itu para pemuda dan pejuang lainnya melakukan serangan mendadak terhadap musuh dengan menggunakan senjata apa adanya, seperti pistol, golok, parang, sabit, bambu runcing dan sebagainya. Para pejuang dan pemuda-pemuda tidak sedikit membunuh tentara Belanda yang sedang panik serta kebingungan karena serangan lebah tersebut. Pada peristiwa penyerangan ini para pejuang yang datang dari Cupak banyak mendapatkan senjata baik berupa pistol, senapan dan granat tangan yang dirampas dari tangan tentara Belanda yang tewas.
Pada tanggal 27 Desember 1948 6), di Cupak terjadi pencegatan pertama di Balerong desa Balai Tangah sehingga terjadi pertempuran para pejuang Rakyat Cupak dengan Pasukan Belanda. Pejuang Cupak yang kebanyakan terdiri dari para pemuda berkekuatan sekitar 100 pejuang dibawah komando Gumir Hasan dan putra-putra Cupak yang bekas Gyu Gun lainnya telah mendapat pembakaran semangat yang diberikan oleh pemimpin - pemimpin Nagari di saat itu seperti Ramli Ahmad, Idris Hasan, dan Kulin Rengko. Dalam pertempuran tersebut pihak Belanda banyak yang tewas, sedangkan dipihak pejuang kita tidak ada korban jiwa. Setelah pertempuran berlansung beberapa lama karena sifatnya hanya pencegatan setelah melakukan penembakan para pejuang kembali masuk arah pedalaman Cupak setelah datangnya bantuan pasukan Belanda dari Solok, korban lain dipihak Belanda yang dapat disaksikan setelah pertempuran tersebut adalah jatuhnya sebuah motor Pit kedalam sungai Balerong sedangkan korban jiwa tidak dapat diketahui jumlahnya. Pada waktu kembalinya pasukan Belanda ke Solok di dekat sumur Nyik Ridam Pasar Usang Cupak dilampiaskannya kemarahan-kemarahan pasukan Belanda tersebut dengan menembak seorang lelaki tua asal Nagari Koto Ilalang Kubung yang melintas jalan pada waktu itu karena dia bermaksud mengantarkan seorang anak perempuan teman anaknya sehingga lelaki tua itu tewas.
Peristiwa 4 Januari 1949 dan Cupak Lautan Api
Semenjak pencegatan tanggal 27 Desember 1948 di Balerong Cupak, Belanda selalu mewaspadai daerah ini bila dia berpatroli melewati Nagari Cupak, dan tampak gelagatnya Belanda ingin membuat pos di Cupak. Hal ini terbukti yaitu pada tanggal 3 Januari 1949 Belanda bergerak dari Solok dengan konvoi yang banyak dan ada truk-truk yang membawa peralatan dapur dan wanita-wanitanya.
Sesampainya mereka di Sungai Rotan Cupak mereka berhenti dan menyebar kemudian menempati beberapa buah rumah (rumah-rumah rakyat yang kosong karena rakyat telah pergi mengungsi ke rumah-rumah di ladang / sawah yang berada didaerag pinggir Nagari Cupak) serta menurunkan peralatan dapur dari mobilnya. Memperhatikan situasi ini pemuda Cupak umunya, baik yang tergabung dalam Hisbullah dan Laskar Muslimin lainnya, mulai melakukan kegiatan dan mewaspadai semua gerakan Belanda di Sungai Rotan tersebut).
Kegiatan yang pertama dilakukan yakni melaporkan situasi ini kepada pasukan kita yang berada di Koto Anau, Muara Panas dan Gantung Ciri yang berjarak lebih kurang 3 !6 Km dari Cupak. Kegiatan yang kedua menyiapkan nasi bungkus yang dimintakan kepada rumah-rumah penduduk disekitar Balai Pandan, Balai Tangah dan Sawah Taluak. Menerima laporan dari Cupak maka komandan Kompi III Batalion Kuranji Letnan M. Yulius Atom dan wakil komandan batalion I Kuranji Pak Bahtiar yang pada waktu itu sedang berkonsolidasi di Koto Anau sepakat untuk mencegah Belanda membuat pos di Cupak, karena kalau sempat Belanda membuat Pos di Cupak sudah pasti pengaruhnya besar kerugian bagi pasukan kita antara lain:
Karena letak nagari Cupak yang strategis dari pertahanan dan perbekalan maka kalau dijadikan posnya oleh pasukan Belanda Putuslah hubungan antara Timur dan Barat (Koto Anau dan Gantung Ciri) dimana pasukan kita sedang mengatur siasat pertempuran terhadap Belanda.
Koto Anau dan Nagari Cupak sangat terlalu dekat jaraknya.
Sore dan senja hari itu berlangsunglah suatu pertemuan dan suatu kesepakatan bahwa semua pasukan kita yang ada di Koto Anau, Gantung Ciri dan Muara Panas akan menyereng Belanda yang sudah berada di Sungai Rotan Cupak. Gerakan cepat dan penuh rahasia mulai dari jam 23.00 malam itu semua pasukan telah menempati posisi masing - masing dari arah Selatan, Barat dan Timur Sungai Rotan Cupak).
Dari arah Selatan pasukan kita telah mengisi perbukitan Sawah Bukik dan Gaduang Dama dangan tugas menyerang dibawah pimpinan Letda Yulius Atom didampingi oleh Muhammad Said putra Cupak (Polisi Tentara yang sedang cuti). Dari arah Barat pasukan kita mengisi posisi perbukitan Titian Batu dan tanah lapang Balai Buruak dengan tugas menghancurkan pasukan Belanda yang mundur. Sedangkan pasukan kita yang ditempatkan diperbukitan Bukik Gadang dan Balai tangah, Kerambil Kaba dengan tugas menyerang ke arah Gudan dan mencegat kalau ada bantuan dari Solok dibawah pimpinan Letda Bahtiar yang didampingi oleh Sersan Gumir Hasan. Sedangkan pasukan kita yang ditempatkan di Batu Batupang Koto Baru dibawah pimpinan Idris Madjidi dengan anggotanya Sersan Nanggulung dengan sasaran tugas mencegat dan menghadang bantuan Belanda dari Solok. Keadaan mengisi posisi-posisi tersebut bisa lancar karena dilaksanakan penuh dengan rahasia dan tidak adanya penduduk yang berkhianat. Kesemua pasukan kita yang menempati posisi masing-masing berlangsung sampai Subuh.
Pada tanggal 4 Januari jam 05.00 pagi sebahagian dari pasukan Belanda telah turun ke Batang air Sungai Rotan untuk buang air dan mandi karena pada waktu itu rumah-rumah penduduk tidak mempunyai WC. Pada saat itulah serangan dimulai oleh pasukan kita dari arah Selatan dan dari arah Gudan susul menyusul dari semua arah sehingga terjadilah pertempuran yang sengit pada waktu itu. Karena serangan mendadak yang dilancarkan pasukan kita kelihatanlah pasukan Belanda kucar-kacir sedangkan pasukan kita terus mendesak dan terjadilah pertempuran dan penyerangan secara frontal oleh kedua belah pihak dalam jarak dekat. Pada jam 10.00 siang ada bantuan Belanda dari Solok tetapi dapat dicegat dan digagalkan oleh pasukan kita yang berada di Batu Batupang Koto Baru dengan demikian Belanda kemabali ke Solok sedangkan pertempuran di Cupak terus berlangsung, dengan sengitnya).
Untuk konsumsi makanan pasukan kita gerakan ibu-ibu sengaja membuat dapur umum di Balai Tangah dan memotong seekor sapi dan mengantarkan ke front depan secara bergantian. Pada jam 12.00 siang datang lagi bantuan dari Solok dengan kekuatan yang lebih besar, hal ini tidak dapat ditahan lagi oleh pasukan kita di Batu Batupang Koto Baru sehingga pasukan Belanda dapat langsung memberikan bantuan pada pertempuran yang sedang berlangsung di Sungai Rotan Cupak. Karena kekuatan personil dan persenjataan sudah tidak seimbang lagi apalagi pasukan kita sudah kelelahan, akhirnya secara perlahan - lahan mundur arah ke Sawah Taluak, Padang Dama dan Aie Angek Sunsang ).
Dalam gerak majunya tentara Belanda memperlihatkan kekejamannya dengan menembaki semua tempat yang mereka curigai secara membabibuta kesemua penjuru di Sungai Rotan (lokasi pertempuran). Kemudian yang lebih kejam lagi mereka membakar rumah-rumah penduduk yang tidak berdosa dan tidak ketinggalan juga Rumah adat Minang (bagonjong), lumbung padi, serta surau-surau dengan jumlah + 200 rumah. Pembakaran dilakukan Belanda mulai dari Jorong (Desa) Sungai Rotan sampai ke simpang jalan ke Balai Gadang habis dibakar semuanya. Disamping kerugian material tersebut, dipihak pasukan kita 3 orang pejuang Nagari Cupak tewas sebagai syuhada yaitu, Muhammad Sayid (Polisi tentara dan ex. Gyu Gun), Baharudin Ramus (anggota BPNK), dan Data R. Mangkuto (BPNK) 12\ Mereka dimakamkan di Pemakaman Balai Batu Aceh di Desa Balai Pandan, karena tempat itu aman dari segala gangguan musuh pada saat itu dan menjadi Taman Makam Pahlawan nagari Cupak saat sekarang.
Pada tanggal 5 Januari 1949 nagari Cupak telah dilakukannya penyisirian oleh Belanda. Pada tanggal inilah yang merupakan awal dari kekejaman dan keganasan pasukan Belanda di Nagari Cupak13). Sejak 5 Januari-November 1949 secara terus-menerus tentara Belanda melakukan operasi / penyerangan militer ke Nagari Cupak tanpa henti-hentinya melakukan pembakaran, pengrusakan, penembakan dan bahkan pembunuhan terhadap rakyat nagari Cupak. Mereka (Pasukan Belanda) melakukan pembakaran hampir setiap bulan terhadap rumah-rumah maupun jorong (Desa) sekaligus secara bertahap yaitu, bulan Februari Belanda membakar Desa Balai Gadang, bulan April membakar Desa Panyalai, bulan Mei membakar Desa Balerong, dan bulan Juli membakar desa Balai Tangah]).
Dalam aksi pembakaran yang dilakukan oleh tentara Belanda tidak kurang dari 100 buah rumah penduduk, Rumah Gadang Bagonjong baik ukuran besar maupun kecil dan lumbung-lumbung padi habis dibakarnya). Selain Belanda melakukan pembakaran, tentara mereka yang masih belum puas atas tindakannya tersebut, kemudian mereka melakukan tembakan dan pembunuhan secara biadap dan kejam terhadap siapapun yang mereka curigai. Belanda tidak menghiraukan apakah rakyat biasa atau bukan, laki-laki atau wanita, bahkan anak-anak yang tidak berdosapun ikut jadi korban keganasan yang tidak berperikemanusiaan oleh tentara Belanda163.
Menurut H. Rahman Ahmad, keganasan tentara Belanda di Cupak adalah beberapa kejadian dan peristiwa penembakan dan pembunuhan terhadap rakyat Cupak, yaitu Belanda menembak 13 orang sekaligus di Desa Panyalai di antaranya yang menjadi korban bernama Marajalih, Akuk Pincang, Hasan Gek Jasa, Gek Kena (pengungsi dari Padang), Azwar, Diri Piliang, Pasang, sedangkan satu orang diantaranya bernama Daru dapat meloloskan diri 17), 8 orang di daerah Sawah Taluak antara lain Yubahar pengungsi dari Padang.Dalam Operasinya ke Gantung Ciri didekat Pekan Jum’at Sawah Taluak terjadi kontak senjata dengan pasukan kita dibawah pimpinan Kopral Kabun (BPNK). Dalam peristiwa ini gugur pejuang kita Kopral Kabun (BPNK), Menek, Amir (BPNK) dan Taher sedangkan satu orang dapat lolos dengan nama Magah Manandi adalah petugas Ronda pada malam harinya18), dan dalam operasi lainya 3 orang di daerah Gaduang Batu antara lain Hasan dan Mak Ani Cs dibunuh dengan Bayonet sedangkan Malis dan seorang penjaja kacang lolos dari tembakan Belanda19). Operasi-operasi mendadak sangat sering sekali dilakukan oleh pasukan Belanda yang berpos di Nagari Talang dan Guguak ke Nagari Cupak baik siang maupun malam hari melalui Jorong Panarian dan Nagari Jawi-Jawi. Oleh Karena itu kerap kali pemuda-pemuda kita terpergok olehnya, lalu mereka menembaki pemuda yang lari dan menangkap yang tidak sempat lari, kemudian mereka membawa pemuda-pemuda tersebut ke Talang dan dimasukkannya ke dalam sel tahanan dengan tuduhan pemuda ekstrimis Republik. Tuduhan ini mereka tuduhkan karena memang boleh dikatakan setiap malam pula pemuda-pemuda Cupak yang bergabung dengan pemuda-pemuda republiken Nagari Talang dan Guguk melakukan ekstrimis ke pos Belanda di kedua Nagari itu.
Pada tanggal 25 November 1949 penyerahan kekuasaan kota Solok dari tangan Belanda diserahkan kepada Letkol Ahamd Husein di Muara Panas sekaligus penyerahan kekuasaan Kecamatan Gunung Talang dari Belanda kepada Ramli Ahmad selaku pemimpin pemerintahan Kecamatan.20). Pada akhir bulan November Pasukan Belanda berangkat habis dari Solok melalui Cupak menuju Kota Padang, mereka tidak boleh dilihat oleh rakyat, semua jendela-jendela dan pintu rumah yang berada dipinggir jalan disuruh tutupnya, namun rakyat masih sempat melihat iring-iringan komvoi kenderaan mereka yang banyak itu dari celah-celah dinding rumah dan ada seorang gerilyawan kita nama Jusan (BPNK) Cupak dengan gagah berani mengikatkan kain merah-putih dikepalanya sambil memegang senjata bambu runcing berdiri tegap mengawal Sang Saka Merah Putih yang sedang berkibar di depan Bagodang (Pos Ronda) di simpang jalan ke Sawah Talauk Sungai Rotan. Namun tidak diapa-apakan oleh Belanda karena Belanda sedang melakukan penyerahan kepada pemerintahan Indonesia.
Penyerahan kedaulatan kekuasaan selama bulan Desember 1949 berbeda-beda harinya di masing-masing kota di Minangkabau yang pernah diduduki Belanda. Sebagai puncaknya adalah penyerahan kedaulatan Sumatera Tengah berlangsung di Kota Padang pada tanggal 27 Desember 1949 21). Pada tanggal tersebut berakhirlah kekuasaan Belanda di Minangkabau khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Bagi rakyat nagari Cupak peristiwa-peristiwa yang terjadi selama pendudukan Belanda di dalam agresinya yang ke II tersebut sangat memilukan, mengguncangkan bathin dan sebagainya. Peristiwa 4 Januari 1949 tidak akan pernah dilupakan seumur hidup oleh anak-cucu rakyat Cupak sampai akhir zaman nanti. Untuk itu rakyat Nagari Cupak memberikan nama Mesjid Syuhada kepada Mesjid Raya Cupak sebagai tanda penghormatan kepada syuhadanya yang gugur dalam perjuangan. Akan tetapi suatu kebanggaan tersendiri bagi rakyat nagari Cupak yang letak nagarinya berada dijalan utama lintas Padang-Solok yang boleh dikatakan setiap hari dilalui kendraan-kendraan Belanda dalam melakukan operasinya maupun kendraan umum lainnya, Alhamdulillah 100 persen rakyatnya republiken (tidak satu orangpun yang masuk Belanda) mudah-mudahan jati diri sebagai republiken ini akan dapat dilestarikan oleh anak cucu kita dibelakang hari nantinya sebagai aset dalam mempertahankan negera kesatuan RI serta bertekat terus mensukseskan segala cita-cita / tujuan berdirinya Republik Indonesia yang kita cintai ini.
Maka justru itulah pemerintah, menghargai Nagari/Desa sangat berjasa dalam perjuangan di Sumatera Barat/ Indonesia, Cupak dinyatakan Desa pejuang sangat berjasa disamping dua nagari lainnya, Desa Situjuah Batur Payakumbuh dan Kalumbuk di Kota Padang dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Sosial RI No. 10 / IIR / IV / DKS / 1 / 1996 tanggal 10 Januari 1996. Selanjutnya Menteri Sosial memberikan bantuan senilai Rp. 10.000.000, - dalam rangka pencanangan Gerakan Nasional Pelestarian dan Pengamalan Nilai Kepahlawanan (GPPNK).
Peran Buya Hamka di Nagari Cupak
Pada waktu dilakukan peralihan kekuasaan dari tangan Belanda kepada Republik Indonesia, pemerintahan di Kecamatan Gunung Talang Solok dipegang oleh Ramli Ahmad yang baru diangkat jadi Camat. Segera para pemimpin kecamatan mengadakan peninjauan ke nagari-nagari, terutama ke Nagari Cupak yang cukup parah menderita selama masa revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Rakyat Nagari Cupak termenung penuh dengan rasa duka yang mendalam, karena rumah, lumbung padi, dan semua harta milik mereka telah hancur dan musnah akibat dari peperangan yang dialami langsung oleh penduduk melawan Belanda.
Rakyat Cupak menginginkan kembali untuk mendapatkan rumah mereka yang hancur, karena setelah revolusi fisik mereka hanya tinggal di pondok darurat, berlantai tanah, bertiang bambu, dan atap daun kelapa. Kebanyakan dari mereka telah meresap perasaan duka cita kedalam lubuk hati sehingga mendatangkan penyakit stress yang tidak jarang membawa maut. Para pemimpin nagari Cupak melihat kondisi ini sudah barang tentu menaruh kecemasan. Permasalahan tersebut harus di cari jalan keluarnya secara bersama. 21 Desember 1951 para pemimpin nagari Cupak mengadakan pertemuan. Pertemuan itu diadakan di salah satu rumah penduduk di desa Sungai Rotan. Pertemuan para pemimpin dan pejuang revolusi di Cupak tersebut dipimpin oleh Ramli Ahmad dan dihadiri oleh anggota gerakan penggerak perjuangan lainnya.
Hasil dari pertemuan itu didapati kata sepakat agar mengundang Buya Hamka, untuk memberikan ceramah guna menguatkan kembali iman rakyat Cupak yang telah mulai merapuh sebagai akibat peperangan yang selalu menghantui perasaan mereka. Kemudian dari hasil pertemuan tersebut, maka Rahman Ahmad salah seorang penggerak perjuangan, diutus ke Bukittinggi untuk menemui Buya Hamka dengan mandat dari pemerintah nagari Cupak.
Pertemuan Rahman Ahmad dengan Buya Hamka di Bukittinggi terjadi sesudah shalat jum'at di Masjid Raya Bukttinggi pada tanggal 25 Desember 1951. Cuplikan dari pembicaraan Rahman Ahmad dengan Buya Hamka dalam pertemuannya waktu itu antara lain :
Rahman Ahmad : Saya dari Cupak datang kesini (Bukittinggi) ingin bertemu Buya..
Buya Hamka : Apakah betul nagari Cupak habis dibumihanguskan oleh Belanda ?
Rahman Ahmad : Iya... Buya, Sebagian rumah-rumah yang pernah Buya naiki dulu di Cupak habis dibakar oleh Belanda waktu perang tanding terjadi.
Buya Hamka : "Saya ingin ke Cupak"...
Rahman Ahmad : Itulah sebabnya saya kemari, karena ada mandat bahwa Buya dimohon datang ke Cupak untuk memperbaiki hati rakyat dari penderitaan bhatiu yang mereka alami dalam peperangan.
Masyarakat Cupak bersyukur atas kedatangan Buya Hamka pada tanggal 5 Januari 1952 ke nagari Cupak. Kedatangan beliau disambut dengan penuh rasa duka cita dan harapan semoga Buya Hamka dapat memberikan obat penawar bagi penderitaan yang tengah diderita Rakyat. Pertama-tama Buya Hamka dibawa ke jorong-jorong untuk menyaksikan puing-puing yang berserakan sebagai bukti nyata pengorbanan rakyat nagari Cupak didalam kancah revolusi perjuangan. Kemudian terakhir Buya Hamka dibawa ke masjid untuk berceramah. Rakyat banyak berkumpul disekitar halaman masjid dengan maksud untuk mendengarkan ceramah Buya Hamka. Mereka sangat simpati sekali pada Buya Hamka karena selain seorang sastrawan, cendikiawan, dan ulama terkenal, beliau juga seorang singa podium (Orator). Buya Hamka mampu bepidalo dengan kharisma yang dimilikinya dan menggugah hati atau perasaan siapapun yang mendengarkan pidato beliau.
"Assalamualaikum w.w." Itulah kata pertama dari Buya Hamka di dalam masjid lama di tengah kerumunan masyarakat Cupak yang mendesak. Beliau merasa bahagia dapat menghadiri undangan kaum Muslimin dan Muslimat nagari Cupak. Namun ia tetap terharu menyaksikan keadaan nagari yang telah porak poranda disamping berbangga hati atas kerelaan rakyat yang telah banyak berkorban dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Hamka mengajak segenap rakyat berdoa kepada-Nya semoga pengorbanan mereka diterima-Nya dan akan mendapatkan pembalasan setimpal di Yaumil Mashsyar nanti.
Cuplikan dari khotbah Buya Hamka dihadapan kerumunan rakyat nagari Cupak waktu itu adalah :
Saya berduka sekali melihat nagari Cupak dibumihanguskan oleh Belanda. Saya mendengar ada sekitar400buah rumah dan gudang-gudang beras habis terbakar ini merupakan pengorbanan yang sangat besar sekali dari rakyat Cupak. Kalau anak-anak atau suami dari ibu-ibu yang meninggal relakanlah karena mereka semua mati syahid, dan rumah-rumah ibu-ibu yang terbakai untuk sementara tinggalah di gubuk-gubuk terlebih dahulu. Jadi setelah kejadian ini yang pertama kita lakukan adalah dengan mendirikan sebuah masjid, karena disanalah tempat kita untuk selalu dekat dan berserah diri kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Masjid Raya Monumen Perjuangan Nagari Cupak
Buya Hamka mengajurkan agar rakyat nagari Cupak mengikuti jejak Rasullah Muhammad SAW. Ia menceritakan bahwa Rasullah sewaktu hijrah dari Mekkah ke Madinah yang pertama-tama beliau bangun adalah masjid. Masjid adalah tempat berkumpul, beramal dan beribadah. Nabi Muhammad SAW tidak mementingkan diri pribadinya terlebih dahulu untuk membuat rumah tetapi lebih mementingkan perlindungan kaumnya. Hamka menyarankan kepada rakyat Cupak buat sementara rela untuk tinggal di pondok saja. Selanjutnya Hamka juga mengatakan :
Marilah kita ganti dulu masjid kita yang telah usang ini. Ikhlaskanlah niat, mari kita bangun sebuah Masjid yangpermanen sebagai monumen para pejuang yang telah gugur dalam perjuangan fisabilillak sebagai "Asysyuhada.
Setelah Buya Hamka berhasil mengobat hati warga Cupak dan menanamkan rasa kesadaran serta keiklasan, mulailah direncanakan pembangunan sebuah masjid yang permanen. Pada tanggal 1 Februari 1952 adalah hari gotong-royong pertama masyarakat Cupak untuk mewujudkan apa yang telah dipesankan oleh Buya Hamka. Untuk dorongan moril peletakan batu pertama Masjid dilakukan oleh Buya Hamka dan Gubernur Sumatera Tengah waktu itu dijabat oleh Ruslan Mulyoharjo.
Sejarah Masjid Raya Cupak ini berkaitan dengan berbagai peristiwa sejarah yang menimpa nagari Cupak dan khususnya masa revolusi. Lokasi Masjid yang sekarang, pada masa satu abad yang silam berdiri sebuah masjid tradisionil (masjid lamo), yang keseluruhan bahan utamanya terbuat dari kayu kecuali atap. Untuk bahan atap dipakai ijuk, suatu bahan yang populer di Minangkabau ketika itu untuk setiap bangunan monumental. Menurut Buya Hamka, Masjid Cupak hampir sama dengan Masjid Nabi Nuh karena mempunyai tonggak yang banyak sekali. Masjid Lamo mempunyai tiang (tonggak) sebanyak 36 Buah, dinding papan beruku pada tiga sisinya sampai ke mihrab. Masjid lamo tersebut berukuran 12 kali 12m2, untuk masa itu ukuran demikian sudah cukup memadai. Masjid lama dibangun sekita tahun 1880. Pada tahun 1920, atap ijuk yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman pada Masjid Lamo telah diganti dengan atap seng. Begitu pula bahagian lainnya mengalami beberapa perubahan. Masjid yang semula tidak mempunyai beranda dibuatkan berandanya sepanjang bangunan. Atap dibentuk melengkung seperti atap gerbong kereta api, di tengah atap beranda tersebut didirikan sebuah gobah sehingga rencana mereka belum terealisir ketika Jepang masuk ke Indonesia. Nagari Cupak juga tidak luput merasakan kekuasaan Jepang tersebut.
Pasa masa Revolusi sesudah kemerdekaan Masjid Lamo Cupak sangat berperan terutama bagi para pejuang rakyat Cupak. Masjid Lamo ini sering dijadikan tempat untuk bermufakat sesama ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai. Disamping itu masjid ini berfungsi untuk tempat perundingan dan berkumpul para pejuang untuk mengatur siasat perang dalam menghadapi pasukan Belanda. Masjid Lamo tidak luput dari aksipengrusakan dan pengharncuran yang dilakukan oleh tentara Belanda saat revolusi fisik. Kebencian rakyat tidak tertahankan lagi terhadap Belanda karena masjid yang dijadikan tempat beribadat mereka menjadi sasaran yang tembakan mereka. Masjid tersebut menjadi rusak berat dan berlobang-lobang akibat hantaman peluru tentara Belanda. Tetapi apa mau dikata musuh lebih kuat dari pada pejuang rakyat. Tidak sedikit dari rakyat yang ikut menjadi korban karena perlawanan yang mereka lakukan secara fisabilillah demi mempertahankan agama dan bangsa.
Pada tahun 1980 pembangunan Masjid yang monumental dan permanen telah selesai. Masa pengerjaannya memakan waktu lebih kurang 28 tahun (1952 - 1980). Biaya keseluruhan pembangunan Masjid Raya ini meliputi ratusan juta rupiah. Pada masa pembangunan masjid raya Cupak ini banyak mendapat bantuan dari para pejabat salah seorang diantaranya dari A.Y. Mokoginta.
Sebuah prasasti ditandatangani oleh Buya Prof. DR. TIamka selaku ketua umum Majeles Ulama Indonesia (MUI) dan Bapak. Ir. H. Azwar Anas selaku Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat sebagai tanda peresmiannya. Masjid ini oleh masyarakat Cupak diberi nama Masjid RzyzAsy-Syuhada Cupak. Peresmian Masjid Raya ini bertepatan pada hari Minggu tanggal 7 Desember 1980, bersamaan dengan 29 Muharram 1 • - . H. Pada tanggal tersebut resmi selesailah sebuah Proyek yang berdiri r gah disisi jalan raya jurusan Solok-Padang tepatnya di nagari Cupak, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok.
Masjid Raya Asy-Syuhada nagari Cupak boleh dikatakan sebagai masjid yang istimewa, karena peletakan batu pertama pembangunannya dan peresmian pemakaiannya dilakukan oleh dua orang tokoh yang sama. Tokoh pertama seorang Alim Ulama dan tokoh kedua seorang Gubernur. Peletakan batu pertama pada tanggal 1 Februari 1952 dilakukan oleh Buya Mamda dan Ruslan Mulyoharjo Gubernur Sumatera Tengah, dan pada peresmian tanggal 7 Desember 1980 juga dilakukan oleh Buya Hamda dan H. Azwar Anas Gubernur TK I Sumatera Barat.
Semenjak masa pembangunan tahun 1952 sampai sekarang Masjid Raya Asy-Syuhada Cupak telah tiga kali pergantian susunan pengurusannya. Susunan pengurusan Masjid Raya Asy-Syuhada nagari Cupak sekarang ini adalah sebagari berikut:
Penasehat I : Camat Perwakilan Gunung Talang
Penasehat U : H.M. Dt. Mandaro Sati
Ketua Umum : H. Rahman Ahmad Dt. Sampono Kayo
Ketua I : Hasan Basri
Ketua II : Agus Sanin Dt. Tan Mandaro
Sekretaris I : Sabirin Halim
Sekretaris II : Marlius Malik
Sekretaris III : Syamsunar Mantari Kayo
Bendahara I : H. Marzoeki St. Marajo
Bendahara II : Muslim Jamil, dan
dibantu oleh Ninik Mamak dan Kepala Desa se-nagari Cupak. Bagi rakyat Cupak arti penting Masjid Raya sangat mendalam karena dari masjid inilah awal kebangkitan masyarakat Cupak yang tertindas akibat roda revolusi. Masjid Raya dijadikan sebagai monumen kebangkitan dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di nagari Cupak. Keberadaan masjid ini akan dimanfaatkan dan dikenang terus sepanjang masa oleh Masyarakat Cupak.